INFORMASI

Kamis, 2 Mei 2013 13:15 wib
Ilustrasi. (Foto: Reuters)

Ilustrasi. (Foto: Reuters)
JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memperkirakan akan terjadi perbaikan harga batu bara di kuartal keempat 2013. Adapun harga batu bara di akhir tahun akan meningkat pada kisaran USD95-100 per ton.

Menurut Direktur Keuangan ADRO David Tendian, penurunan harga batu bara yang saat ini merupakan yang paling lama, tahun lalu saja harga batubara diprediksi melemah selama 18 bulan ke depan.

“Meskipun mengalami penurunan, tapi ini merupakan koreksi sehat, harga jual kami saja kuartal ini mengalami penurunan hingga 18 persen,” jelasnya dalam Investor Day di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (1/5/2013).

Lebih lanjut, di sepanjang kuartal pertama harga jual rata-rata Adaro mengalami penurunan 18 persen. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan harga dan melemahnya indeks harga batu bara global.

“Penurunan harga batu bara di sepanjang 2012 terjadi sebagai koreksi yang sehat, namun kami optimistis di akhir tahun ini harga batu bara bisa berada di atas USD95 per ton,” imbuh dia.

Sebagai informasi, pada kuartal pertama Adaro membukukan peningkatan produksi batu bara sebesar 4 persen menjadi 11,42 juta ton. Sementara volume penjualan relatif stabil 11,23 juta ton. Karena musim hujan yang terjadi di semester pertama, produksi kali ini 25 persen di bawah target. (wan) (wdi)

Cadangan Batubara Indonesia

 

Cadangan Batu Bara RI Habis 71 Tahun Lagi

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni
Posted: 25/02/2013 08:53
Cadangan Batu Bara RI Habis 71 Tahun Lagi

Cadangan batu bara Indonesia sebesar 28 miliar ton diproyeksikan habis dalam 71 tahun ke depan. Perhitungan itu dengan asumsi tingkat produksi sekitar 391 juta ton per tahun dan tidak ditemukan cadangan baru. Asumsi produksi yang digunakan adalah target pemerintah tahun ini.

Deputi Direktur ReforMiners Institute Komaidi Notonegoro mengatakan tingkat pertumbuhan produksi batu bara Indonesia lebih tinggi dari rata-rata dunia. Pada tahun 2010, misalnya, saat kenaikan produksi dunia hanya 2% per tahun, di Indonesia mencapai 15%.

“Produksi batu bara RI salah satu yang tertinggi di dunia, padahal cadangan kita itu tidak masuk 10 besar dunia,” jelas Komaidi saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (25/2/2013).

Melihat fenomena itu, Komaidi menyarankan pemerintah untuk mulai membatasi produksi batu bara. Pasalnya, dari produksi batu bara nasional yang tahun ini ditargetkan 391 juta ton, kebutuhan batu bara domestik sebenarnya hanya 75 juta-80 juta ton sehingga sebagian besar diekspor.

“Produksi batu bara Indonesia itu hampir lima kali lipat dari kebutuhan domestik, menurut saya itu keterlaluan. Masalahnya, kita ini tidak punya cadangan batu bara yang banyak,” tuturnya.

Dia khawatir jika pemerintah tidak memiliki kebijakan tertentu ke depan, batu bara di Tanah Air habis dikuras dan Indonesia malah jadi negara pengimpor batu bara. Apalagi kebutuhan batu bara nasional dari tahun ke tahun terus meningkat.

“Inilah yang terjadi di sektor minyak saat ini. Dulu kita ekspor, sekarang untuk memenuhi kebutuhan domestik meningkat kita mengimpor,” ungkapnya.

Negara-negara lain seperti Rusia, China dan India yang memiliki cadangan batu bara lebih besar dari Indonesia, saat ini mereka memilih tidak memproduksi batu baranya secara jor-joran.

“Mereka malah mengimpor. Itu karena mereka melihat 10 tahun-20 tahun lagi harga batu bara akan semakin tinggi. Kalau di kita, hanya mikir hari ini ada penerimaan yang masuk,” tuturnya.

Dia juga menyarankan agar pemerintah terus menggalakkan kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan batu bara nasional. Saat ini Indonesia tercatat memiliki sumber daya batu bara sekitar 142 miliar ton. (Ndw)

BATU BARA ANDALAN PERTAMBANGAN MENIMBULKAN MASALAH TERHADAP LINGKUNGAN

YogyakartaFoto0261

Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Prof Dr Ir Gusti Muhammad Hatta mengaku prihatin dengan kerusakan alam terutama hutan di tanah kelahirannya di Kalimantan.

Salah satu pemicu kerusakan hutan di Kalimantan adalah tambang baru bara.

Batubara masih menjadi salah satu andalan dipertambangan. Namun bila terus menggunakan batubara akan menimbulkan kerusakan lingkungan atau efek rumah kaca.

Dia pun kemudian mencontohkan tambang batubara di tempat asalnya di Kalimantan ternyata banyak mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kerusakan hutan. Sekarang kalau hujan sudah terjadi banjir.

“Bisa jadi nanti malah jadi mantan kali atau bekas sungai bukan Kalimantan lagi karena sudah tidak ada hutan dan banjir,” seloroh Hatta saat orasi ilmiah dalam acara Dies Natalis Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNas) di Jl Babarsari, Sleman, Sabtu (20/4/2013).

Dalam orasi ilmiah mengatakan perkembangan teknologi di Indonesia masa depan harus berubah yakni green technology yang ramah lingkungan. Teknologi hijau ini untuk menghasilkan energi atau produk yang tidak mencemari lingkungan yang mampu menjaga kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.

“Energi fosil seperti minyak, batubara dan gas bebarapa tahun ke depan pasti akan habis. Sudah saatnya kita berpikir mengenai energi terbarukan sebagai pengganti atau alternatif,” katanya.

Menurut Hatta, pemerintah melalui Kemenristek mulai mengembangkan berbagai teknologi yang ramah lingkungan seperti mobil listrik, perumahan yang ramah lingkungan yang tidak banyak menggunakan listrik namun memanfaatkan sinar matahari sebagai penerang hingga produk-produk hijau.

“Di beberapa daerah kita mulai membantu masyarakat dengan memanfaatkan teknologi yang ada misalnya di pantai yang banyak angin, kita buat kincir angin sehingga bisa menghasilkan energi listrik yang bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar,” kata Hatta.

 
Tapi mudah-mudahan harapan kita solusi energi masa depan ini tidak malah menjadi masalah dan bencana baru bagi daerah kita dan masa depan anak cucu kita.